Hari itu hujan deras. Entah mengapa rasanya langit seolah memberitahuku sesuatu. Entahlah aku tak tahu apa itu. Atau mungkin hanya perasaanku saja?
Aku menunggu di Halte Bis yang sama, menanti bis yang tak kunjung datang. Kulihat jam tanganku. Pukul 5. Hapeku berdering. "Ya? um iya ini lagi nunggu bis. Oke bentar lagi juga sampe ko. Hm iya.. Bye."
Akhirnya bis yang dinanti datang, aku pun bergegas masuk mencari tempat duduk. Hampir semua tempat duduk penuh. Hanya satu yang tersisa tepat disamping pria yang tertidur. Pria itu tertidur dengan posisi topi menutupi wajahnya. Tanpa pikir panjang aku pun langsung memutuskan duduk disampingnya. Namun tak lama kemudian aku pun malah ikut tertidur.
Tapi tiba-tiba saja aku berada ditengah jalan dan sedang menyebrangi zebra cross. Dalam hati aku tersenyum, entah karena apa aku tak tahu. Zebra cross dipenuhi orang-orang yang sedang menyebrang. Di antara orang-orang yang menyebrang itu aku melihat seorang pria melintas disampingku. Aku tertunduk dan tersenyum lagi. Tapi tiba-tiba saja kepalaku bergerak sendiri, memalingkan aku kebelakang mencari lagi sosok pria itu. Sepertinya aku menyadari sesuatu. Mataku langsung mengeluarkan air mata yang tak jelas karena apa sebabnya. Aku sendiri bingung aku tak tahu siapa pria itu, ini pertemuan pertama dengannya, bahkan dalam mimpi sekalipun. Tapi dadaku tiba-tiba sakit. Aku sedih. Ada sesuatu di dalam sini yang aku sendiri pun tak tahu itu apa.
Mimpi. Ternyata hanya mimpi. Oh tidak! Sepertinya aku benar-benar menangis. Kurasakan pipiku basah. Tapi sepertinya sudah agak mengering. Kulihat kursi disampingku. Kosong. Mungkin pria yang duduk dan tertidur di sampingku tadi sudah turun. Eh, tunggu ini dimana? Gawat! Aku harus cepat turun. Sepertinya aku tertidur cukup lama, karena tempat tujuanku sudah terlewat agak jauh.
Aku bergegas berdiri dan hendak turun tapi terhenti ketika aku sadar ada sesuatu yang jatuh. Sapu tangan. Basah. Milik siapa ini? Tapi sepertinya ini jatuh dari pangkuanku. Sadar akan kebingunganku. Ibu-ibu separuh baya yang duduk diseberangku tiba-tiba saja bertanya, "Tadi kamu tidur sambil nangis, kamu lagi dalam masalah ya? sabar ya nak. Untung aja kamu punya pacar kaya dia. Tadi katanya dia buru-buru jadi turun duluan."
Eh? Pacar? Yang mana? Aku ini single. "Maaf bu, saya gak ngerti maksud ibu."
Si ibu agak terkejut, "Loh bukannya cowok yang duduk di samping kamu itu pacar kamu ya? Dia tadi ngusap air mata kamu pake sapu tangan itu. Terus pas mau turun bilang ke Ibu 'Bu maaf tolong titip dia ya, saya sedang buru-buru.' Gitu.."
"Oh. Bukan bu, dia bukan pacar saya."
" Hm bukan ya. Hehe maaf ya, Ibu cuma nebak. Padahal sayang, dia cakep loh, coba dia pacar kamu. Ibu aja mau jadi yang kedua. Hohohoho." Dasar ibu-ibu. Penumpang yang duduk di sebelahnya pun ikut tersenyum. Aku membalas si Ibu hanya dengan senyum yang dipaksakan. Pikiranku melayang pada sapu tangan itu. Aku menatap sapu tangan berwarna hitam dengan strip merah itu lekat-lekat. Siapa orang itu ya?
Tak lama kemudian bis berhenti di halte berikutnya. Aku sudah melewatkan 3 halte, aku harus cepat turun.
Yuu-Chan
