Minggu, 18 Desember 2011

Rama - Teman Masa Kecil

Hari itu akhirnya hujan menyerah juga untuk menyerang bumi dengan ribuan peluru airnya. Aku menghela nafas ketika akhirnya turun dari bis. Halte 29 sepi sekali. Oh apa yang harus kulakukan? Aku sudah melewatkan 3 halte. Sejenak aku terdiam memandangi jalan lalu tiba-tiba hapeku berdering.

"Hey dimana? Ko lama banget sih!" Suara diseberang sana terdengar agak marah.
"Sorry, tadi aku ketiduran di bis. Hehe. Sekarang malah jadi nyasar."
"Makanya hati-hati dong. Sekarang di mana? Biar aku jemput."
"Halte 29."
"Haah? Jauh amat. Kamu ketiduran apa pingsan?"
"Mati.! Ya udah cepet jemput, di sini sepi banget."
"Lagian kamu juga sih, tidur di bis gak kira-kira."
"Yee udah ah.. Mau jemput gak nih?"
"Iya iya tungguin di situ, jangan ke mana-mana. Jangan nawarin diri buat diculik yah?!"
"Ngaco!"
"Hehe..Bye."
"Bye."

Yang meneleponku barusan itu Rama. Teman kecilku. Rumah kami dulu berdempetan hingga akhirnya tahun lalu rumahku pindah ke kota sebelah. Aku agak sedih karena tak bisa berangkat sekolah sama-sama lagi. Dan dari rumahku yang baru itu aku harus naik satu kali kereta untuk sampai ke Sekolah. Jauh. Tidak seperti dari rumahku dulu. Aku dan Rama biasanya hanya butuh berjalan kaki saja untuk mencapai sekolah.

Hari ini aku berencana main ke rumah Rama. Aku kangen dengan Bibi dan Paman (Ayah dan Ibu Rama). Dulu ketika orang tuaku sibuk, dan harus pergi ke luar kota karena pekerjaan, aku sering dititip di rumah mereka. Maklum, Ayah dan Ibuku dua-duanya adalah pekerja kantoran. Untunglah Bibi dan Paman orang yang baik. Mereka sudah seperti keluargaku sendiri. Begitu pun dengan Rama, sudah seperti saudaraku sendiri.

Brem. Brem. CKiit.
Laju sepeda motor tiba-tiba berhenti tepat di depanku. Pengendaranya membuka helm dan tersenyum padaku. Akhirnya Rama datang juga menjemputku. Cowok ini terlihat lebih tampan daripada ketika tempat tinggal kami masih berdekatan dulu. Badannya terlihat lebih gagah, dadanya bidang, rambut hitam lurus dengan model spike. Dia juga baik, emang sih kadang nyebelin. Tapi aku tau kalau hatinya selalu tulus. Tenang, aku gak naksir kok sama dia, bener deh, iya ih. Gak percaya? terserah deh.

Sesampainya di rumah Rama. Aku bertemu dengan Paman dan Bibi. Mereka sepertinya senang aku datang mengunjungi mereka.

" Paman, Bibi apa kabar? lama gak ketemu." Aku menyalami mereka.

"Ya ampun anakku setahun gak ketemu kok jadi tambah cantik gini ya?" kata bibi. Paman hanya tersenyum mendengarnya. Aku tersipu malu. Memang orang tua tak pernah bohong. Haha.

"Mom jangan lebay deh, dia gak berubah kok, masih jelek kaya dulu. Blee.." Ledek Rama. Euh dasar pengacau suasana! Aku membalas Rama dengan cibiran.

Aduh tiba-tiba kebelet. Kayaknya ini efek samping dari tiduran lama di bis deh. Aku harus cepat-cepat ke toilet! "Paman bibi, aku boleh pinjem toiletnya ngga?" Aku tersenyum dengan muka yang agak aneh, karena harus menahan sesuatu.

"Iya sayang, setaun ga maen kesini jadi kaku gitu. Kan rumah kita rumah kamu juga, gak usah minta ijin gitu"

"He iya. Permisi Paman, bibi."

"Ya Ampun lupa! Val jangan ke toilet yang deket dapur..! " teriak Rama dari kejauhan.

Tapi terlambat, aku sudah terlanjur membuka setengah pintunya. Dan tiba-tiba ketika kulihat kedalam. "AAAAAAAARRRRHHHHHHHH..............."





Yuu-chan